1733563692085 (1)

Refleksi Sejarah Hidup 2 – Benediktus Diego De San Vitores

Sebelum mengikuti rekoleksi ini, perasaan yang mendominasi diriku adalah kebingungan dan keraguan. Aku bertanya-tanya apa tujuan dari proses ini dan apakah semua yang akan dilakukan benar-benar bermakna. Ada juga rasa ketidakpedulian yang membuatku merasa bahwa hal ini mungkin hanya sekadar formalitas belaka. Namun, semua itu mulai berubah ketika aku menjalani rekoleksi, mendalami setiap sesi, dan merenungkan setiap pengalaman yang dibagikan.

Perasaan yang awalnya penuh keraguan perlahan berubah menjadi ketenangan. Proses refleksi yang mendalam dan kesempatan untuk mendengar pengalaman hidup orang lain memberikan dampak yang besar. Ada momen-momen di mana aku merasa tersentuh, seperti ketika aku mendengar kisah seseorang yang begitu jujur dan penuh perjuangan. Hal itu membuatku menyadari bahwa setiap orang memiliki luka, tetapi juga memiliki kekuatan untuk bertahan dan bangkit.

Salah satu momen paling bermakna adalah saat doa bersama dalam keheningan. Dalam momen tersebut, aku merasakan kehadiran Tuhan yang begitu nyata, seolah Dia berbicara langsung ke dalam hatiku. Keheningan itu memberikan ruang bagiku untuk merenung, untuk melihat kembali perjalanan hidupku, dan untuk memahami lebih dalam tentang diriku sendiri. Di sanalah aku merasa terhubung, tidak hanya dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama dan diriku sendiri.

Pengalaman ini mengajarkanku bahwa aku tidak sendirian. Hidup ini penuh dengan perjuangan, tetapi aku menyadari bahwa ada banyak orang yang juga menghadapi tantangan serupa. Di tengah perjuangan itu, kami saling menopang melalui kehadiran, perhatian, dan dukungan. Ini membuatku lebih menghargai pentingnya hubungan dengan orang lain dan bagaimana kita dapat saling memperkuat di tengah kesulitan.

Selain itu, aku juga belajar untuk lebih menghargai momen-momen sederhana dalam hidup. Hal-hal kecil yang mungkin sebelumnya aku anggap sepele ternyata memiliki arti yang begitu besar. Hidup adalah anugerah yang luar biasa, dan pengalaman ini membuatku semakin sadar akan keindahan yang ada di dalamnya.

Setelah melalui proses ini, aku merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu yang bermakna. Aku ingin lebih peduli terhadap sesama dan lingkungan di sekitarku. Entah dengan membantu mereka yang membutuhkan, menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang aku sayangi, atau lebih berkomitmen dalam iman kepada Tuhan, aku merasa ada tanggung jawab yang lebih besar dalam hidupku.

Rekoleksi ini tidak hanya memberikan kesempatan untuk merenung, tetapi juga menjadi titik balik yang penting dalam hidupku. Aku memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup, baik itu kebahagiaan maupun luka, memiliki makna yang mendalam. Dari semua pengalaman ini, aku belajar untuk lebih bersyukur dan untuk terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Kini, aku melangkah dengan hati yang lebih ringan, penuh syukur, dan dengan tekad untuk menjadikan hidupku lebih bermakna. Rekoleksi ini mengajarkanku bahwa cinta dan dukungan adalah fondasi yang kuat, dan dengan itu, aku siap menghadapi perjalanan hidup selanjutnya.

Foto Bersama

Retret Habitudes (Habitus dan Attitudes) Batch II

Politeknik Industri ATMI Cikarang akan mengadakan kegiatan Retret Habitudes dimana retret ini dibagi dalam 3 batch, batch I telah dilaksanakan pada awal tahun lalu, dan batch II dilaksankan pada 6-8 Februari minggu yang lalu. Pelaksanaan retret ini memang berjarak waktunya sangat jauh karena memang menyesuaikan jadwal yang sesuai dari pembicara/narasumber kita yaitu Romo Odemus Bei Witono SJ.

Kamis pagi saat hujan deras, tampak peserta penuh semangat dan berbondong bondong datang ke kampus yang sebagai titik kumpul keberangkatan, untuk bersiap mengikuti retret ini. Semua peserta berkumpul di kantin Politeknik Industri ATMI Cikarang (Polin ATMI Cikarang). Tampak panitia acara mempersiapkan segala kebutuhan untuk acara ini. Saat pukul 06.00 tiba, sebelum berangkat kami melakukan doa bersama terlebih dahulu, dan mendapat arahan dari romo Agus Sriyono SJ sebagai pengantar awal mengikuti retret ini. Selanjutnya, peserta berangkat bersama – sama menggunakan transportasi bis. Dalam perjalanan sedikit mengalami kendala kemacetan dimana bersama dengan hiruk pikuk masyarakat berangkat kerja, waktu tempuh perjalanan sekitar 2,5 jam, untuk sampai di lokasi retret. Saat tiba disana, tampak antusias dari hampir seluruh peserta, karena disajikan pemandangan gunung yang cerah dan udara bersih juga suhu udara yang dingin yang berbeda dengan kondisi di Cikarang. Vila Deo Gratias, Lembang, Bandung, disinilah kami selama 3 hari akan mengikuti retret Habitudes.

Hari pertama, di aula vila Deo Gratias  diawali dengan perkenalan diri dari 25 peserta yang semuanya adalah dosen, instruktur, staff, dan bagian produksi, selanjutnya Romo Bei menyampaikan beberapa rules selama pelaksanaan retret Habitudes ini. Ada 3 prinsip agar retret ini dapat berjalan lancar : 1. Satu bicara yang lain mendengarkan, 2. Tidak membiarkan ketidakberesan terjadi, 3. Diperlukan kejujuran dan keterbukaan. Dan ada 1 tuntutan dalam retret ini yaitu Disiplin. Peserta sepakat dengan aturan main ini kemudian romo menyampaikan materi dengan sangat bersemangat sehingga memberikan suntikan semangat juga bagi para peserta.

Romo Bei tidak hanya memberikan materi saja, tetapi peserta juga diajak untuk menganalisa berbagai studi kasus terkait leadership. Dinamika diskusi sangat konstruktif, dengan banyak ide, gagasan dan masukan yang disampaikan untuk perbaikan kampus tercinta Politeknik Industri ATMI ke depan. Dalam 3 hari 2 malam kita mempelajari nilai-nilai leadership yang disebut dengan “Habitudes” (Habitus dan Attitude) yang terdiri dari 12 images leadership :

  1. Hosts & Guests
  2. The Indian Talking Stick
  3. Chess and Checkers
  4. The Calcutta Paradox
  5. Pyrrhic Victory
  6. Hot Air Ballons
  7. The Velvet – Covered Brick
  8. Change in Your Pocket
  9. The Waldorf Principle
  10. The Gardener’s Job
  11. Tightrope Walker
  12. Lightning Rods

Selain itu, kegiatan rohani juga dilaksanakan seperti misa jumat pertama dipimpin oleh Romo Agus Sriyono SJ dan misa penutupan oleh Romo Odemus Bei Witono SJ, serta jalan salib malam hari turut dilaksanakan. Dalam gelap malam dan suhu dingin saat itu 17°,  para peserta melaksanakan jalan salib sebagai perenungan kisah sengsara dan perjalanan Yesus menuju pada penyaliban-Nya. Di tengah tengah jalan salib, juga disisipkan waktu sharing antar kelompok. Jalan salib menjadi momen khusuk antara kelompok untuk menumbuhkan rasa empati satu dengan yang lain.

Setelah kegiatan retret ini berakhir, peserta diharapkan dapat mengambil nilai-nilai tersebut untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. Ini sebagai salah satu langkah nyata Institusi dalam membentuk pemimpin di masa depan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki karakter dan integritas yang kuat. AMDG.

(Apriliani Dina)