DSCF2224 (1)

“Lakukan Hal Kecil untuk Bumi Tersenyum”: Sebuah Refleksi dari Talk Show Hari Bumi 2025 di Atma Jaya

Jakarta, 27 April 2025 — Di Hall C Gedung Yustinus, Universitas Atma Jaya Jakarta, semangat menjaga bumi bergema kuat dalam Talk Show bertema “Lakukan Hal Kecil untuk Bumi Tersenyum”. Diselenggarakan oleh Campus Ministry Atma Jaya bersama ATMI Recycle Studio, acara ini mengundang mahasiswa dan komunitas pecinta lingkungan untuk bersama merenungkan, berdialog, dan bergerak demi bumi yang lebih baik.

Acara dibuka dengan simbolisasi sederhana namun bermakna: penyerahan bibit tanaman kepada warga yang beraktivitas di area car free day. Sebuah gestur kecil yang menjadi pengingat bahwa setiap tindakan, sekecil apapun, berarti dalam merawat bumi.

Usai doa pembuka, lantunan Indonesia Raya serta Mars Atma Jaya, Rektor Universitas Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K), memberikan sambutan reflektif. Beliau mengajak seluruh peserta untuk mengingat asal-muasal manusia -berasal dari tanah- dan mengajak semua untuk berpikir dan bertindak bagi perawatan bumi, karena manusia bukan sekadar makhluk biologis, tetapi bagian dari kosmos yang lebih luas.

Dipandu oleh moderator Dr. Phil. Lisa Esti Puji Hartanti, talk show menghadirkan tiga narasumber inspiratif: Ignatius Susiadi (Founder LabTanya dan Kota Tanpa Sampah), Romo Ch. Kristiono Puspo, SJ. (Founder ATMI Recycle Studio), dan Karlina Supelli (Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara). Mereka membawa peserta menyelami berbagai perspektif tentang relasi manusia dan bumi, dalam semangat dokumen Laudato Si’ Paus Fransiskus yang mengingatkan pentingnya budaya menghargai, termasuk dalam hal sederhana seperti tidak membuang-buang makanan.

Membongkar Paradigma Lama

Ignatius Susiadi, yang akrab disapa Mas Adi, mengawali sesi berbagi dengan pertanyaan mendasar: mungkinkah kota tanpa sampah? Sebagai arsitek, ia merasakan kegundahan mendalam akan jarak antara manusia modern dan persoalan ekologis. Menurutnya, alam tidak memproduksi sampah; manusia lah yang lewat cara produksinya, menciptakan masalah.

Dalam riset partisipatifnya, ia menemukan bahwa perubahan bukan sekadar soal edukasi, melainkan soal keberanian bertanya dan bertindak dari rumah sendiri. Bukan memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat lain, melainkan menata ulang gaya hidup sehari-hari.

Mas Adi mengajak peserta untuk tidak hanya berbicara, tetapi bertindak konkret, sekecil apapun langkah itu.

Bumi sebagai Guru Kehidupan

Romo Kris, dengan gaya interaktifnya, mengajak peserta untuk memahami konsep “sirkular edukasi” melalui produk olahan tutup botol yang dihasilkan di ATMI Recycle Studio. Mengapa tutup botol? Karena benda kecil ini, jika dikumpulkan dan diolah, mampu menjadi simbol tentang bagaimana kita bisa menciptakan nilai dari sesuatu yang kerap dianggap tak berguna.

Dalam refleksinya, Romo Kris menekankan bahwa kualitas hidup manusia berhubungan erat dengan semesta. Ia mengutip Laudato Si’, bahwa semesta adalah guru sejati untuk memahami Sang Pencipta. Dengan belajar dari sirkularitas alam, manusia pun diajak untuk membangun hidup yang lebih berkelanjutan, penuh kesadaran, dan jauh dari pola konsumsi rakus.

Bumi dan Antariksa

Ibu Karlina Supelli, dengan pendekatan filsafatnya, mengajak peserta melampaui batas-batas bumi. Ia mengingatkan bahwa peringatan Hari Bumi bukan hanya tentang bumi saja, tetapi juga tentang antariksa yang hingga kini belum memiliki hukum perlindungan. Jika kita tidak mampu merawat bumi, bagaimana kita bisa berpikir untuk menjaga ruang angkasa (banyak ‘sampah’ manusia)?

Ibu Karlina menekankan pentingnya kontemplasi melatih diri untuk mengendalikan hasrat konsumtif dan mulai berpolitik dalam kehidupan sehari-hari melalui keputusan-keputusan kecil, seperti mempertimbangkan dampak setiap barang yang kita beli.

Dialog – Kesadaran Kolektif

Dalam sesi tanya jawab, muncul pertanyaan tentang bisnis thrifting. Romo Kris menyoroti bahwa bisnis ini bukan semata-mata soal baik atau buruk, melainkan soal pengendalian diri dalam berbelanja: siapa yang diuntungkan? Siapa yang dirugikan?

Sementara itu, terkait peran pemerintah dalam membangun kesadaran, Romo Kris dan Mas Adi menegaskan pentingnya gerakan lingkungan hidup yang bersifat non-violence (tanpa kekerasan). Mas Adi juga menekankan bahwa regulasi perlu ditegakkan, mulai dari lingkungan keluarga, sebab mentalitas korup seringkali bermula dari pendidikan yang permisif terhadap pelanggaran kecil.

Dalam konteks-konsep waste and resource management, mereka mengajak untuk berpikir jangka panjang: bukan hanya soal membuang, tetapi soal memproduksi dan mengonsumsi secara lebih sadar.

Menutup dengan Afirmasi

Dalam closing statement yang menginspirasi, Romo Kris menegaskan pentingnya gerakan bersama berbasis sirkular edukasi. Hidup, katanya, harus bermakna; bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk generasi mendatang.

Mas Adi berbagi tentang tiga pintu yang harus dilalui dalam bertindak: berpikir (kontemplasi), produksi dan konsumsi yang sadar, serta berpikir ulang tentang dampaknya. Sedangkan Karlina kembali mengajak peserta untuk mengendalikan hasrat dan terus menerus berlatih kontemplasi.

Acara diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan oleh Ibu Sri Yulia Parayudhanti, S.H., LL. M., selaku Kepala Campus Ministry Universitas Atma Jaya kepada moderator dan narasumber. Kemudian acara ditutup dengan doa penutup, pameran karya mahasiswa, dan penampilan seni untuk mengikat momen refleksi dalam suasana hangat dan penuh semangat.

Refleksi: Tindakan Kecil, Dampak Besar

Talk show ini membuktikan bahwa merawat bumi tidak selalu harus lewat gerakan besar atau perubahan radikal. Justru, dalam tindakan-tindakan kecil dengan memilah sampah, menahan diri membeli barang baru, mengolah barang bekas, membangun pola pikir baru; di situlah terletak kekuatan perubahan.

“Lakukan hal kecil untuk bumi tersenyum” bukan sekadar slogan. Ini adalah seruan untuk semua manusia, lintas usia, profesi, dan latar belakang. Dari dalam rumah kita, dari dalam hati kita, perubahan itu bisa dimulai.

Karena bumi, rumah kita, tengah menunggu kita untuk bertindak.

(HM, Campus Ministry Polin ATMI)

6B4A0110

Paskah Bersama Menumbuhkan Sukacita dan Kebersamaan dalam Iman

Jumat, 25 April 2025 yang lalu, di hari yang penuh berkat dan kebersamaan, seluruh civitas akademika Politeknik Industri ATMI berkumpul untuk merayakan Misa Paskah. Moment ini sekaligus juga sebagai momen penting Pelantikan Senat Mahasiswa periode 2025-2026. Acara yang diselenggarakan di aula Dormitory Xaverius ini berlangsung hangat dan penuh semangat, mempererat tali persaudaraan di antara mahasiswa, dosen, serta staf Politeknik Industri ATMI dan staff PT ATMI Cikarang.

Perayaan Paskah diawali dengan misa konselebrasi dimana Romo T. Agus Sriyono SJ sebagai selebran utama dan Romo Ch. Kristiono Puspo SJ sebagai konselebran. Misa berjalan dengan penuh khidmat, mengingatkan semua hadirin akan makna kebangkitan: Bahwa kebangkitan Yesus membawa perubahan yang signifikan. Yesus sama dengan yang sudah dijanjikan, berdasarkan kisah Daud, Musa, dll bahwa Allah yang dihidupi adalah yang dari awal menyertai. Romo Agus juga menambahkan bahwa dalam pertemuan yang lalu dengan SMK Mikael, ada sharing alumni bahwa Kolese masih memupuk nilai-nilai yang sama yaitu membentuk manusia unggul 4C+L.

Setelah misa, acara dilanjutkan dengan pelantikan Senat Mahasiswa baru. Para pengurus yang terpilih untuk periode 2025-2026 resmi dilantik di hadapan seluruh civitas. Dengan mengangkat sumpah, mereka berkomitmen untuk menjadi agen perubahan positif, membangun kehidupan kampus yang semakin aktif, inovatif, dan inklusif.

Sebagai bentuk kebersamaan, seluruh peserta mendapatkan pembagian snack setelah acara inti. Sambil menikmati hidangan ringan, suasana penuh canda tawa dan keakraban mewarnai akhir perayaan. Kebersamaan sederhana ini menjadi simbol bahwa setiap momen kecil bisa mempererat rasa keluarga besar ATMI.

Dengan semangat Paskah dan energi baru dari Senat Mahasiswa yang baru dilantik, ATMI melangkah ke masa depan dengan harapan yang lebih besar dan tekad untuk terus bertumbuh dalam iman, ilmu, dan pelayanan. (A. Dina)

IMG_5487

Pertemuan Bulanan Mahasiswa : Discernment Menyadari Gerak Gerik Batin

Apa itu discernment?

Pada 22 Maret 2025 yang lalu, Pertemuan bulanan ke-5 Pedro Arrupe, tentang discernment atau pembedaan roh. Pertemuan diberikan oleh rekan-rekan dari komunitas Magis Jakarta yakni Mas Krishna dan Mb Rinta. Discernment berbicara banyak tentang menyadari gerak batin dan peran roh dalam diri. Pendalaman tentang discernment membuka hati dan budi untuk melihat dengan jernih dalam membedakan mana gerak roh baik dan roh jahat. Dalam proses pembedaan ada fakto-faktor yang berpengaruh kuat menentukan pilihan yang akan dibuat. Pengaruh-pengaruh seperti memilih berdasar perasaan atau emosi yang fluktuatif, bisikan atau ajakan orang lain dan kecenderungan-kecenderungan lainnya. Penting untuk menyadari Gerak batin sebelum menentukan pilihan. 

Terdapat dua pihak ketika dalam pembedaan roh. Pihak pertama Roh baik, roh yang menguatkan dan memampukan manusia untuk memiliki cara bertindak dan tujuan yang baik. Roh baik melawan segala perilaku buruk dengan teguran-teguran pada hati Nurani. Sebaliknya Roh jahat adalah kesenangan semu pada godaan dan fanatisme material duniawi. Dalam sesi dijelaskan bahwa cara kerja roh jahat sangatlah lihai dan licik, ia dapat seolah-olah roh baik karena roh jahat mengetahui titik kelemahan manusia terlebih pada hal-hal yang disukainya.

Hal Penghiburan

Dalam materi selanjutnya, kami diajak untuk mendalami apa itu penghiburan Rohani (konsolasi) dan kesepian Rohani (desolasi). Mulai dari konsolasi, suatu kondisi dimana seseorang merasa berkobar-kobar dalam dirinya, semakin tertuju pada cinta akan Tuhan Allah dan semakin dekat dengan tujuan manusia diciptakan. Peghiburan rohani bisa datang tanpa direncanakan atau tanpa diduga-duga, jika tidak demikian maka patut dipertanyakan apakah saya merasa benar-benar konsolasi atau hanya sebuah penghiburan semu belaka yang dibuat-buat. Catatan penting yang diberikan saat pendalam tentang konsolasi adalah tetap waspada dan rendah hati dalam berdiskresi dan mengambil keputusan. Waspada terhadap Gerak-gerik batin yang jangan-jangan tertuju pada penghiburan diri sendiri saja bukan pada tujuan sebenarnya. Kondisi tersebut memungkinkan Gerak roh jahat bukan roh baik, yang masih lekat dengan sarana-sarana dan hal duniawi.

Penting memiliki kerendahan hati, agar dalam proses discernment dan pengambilan keputusan bisa menghasilkan keputusan yang berkualitas baik dan tidak termakan oleh ego dan kesombongan. Dalam situasi konsolasi sangatlah mudah bagi gerak roh jahat untuk menyusup, oleh karena itu dalam situasi konsolasi dikatakan bahwa alangkah lebih baik jika tidak mengambil Keputusan besar ketika konsolasi.

Hal Kesepian

Setelah konsolasi kami dijelaskan pula mengenai desolasi. Berkebalikan dengan konsolasi, desolasi atau kesepian Rohani adalah situasi dimana seseorang diliputi rasa kesedihan, keterarahan pada godaan dan hal-hal duniawi dan timbulnya jarak relasi dengan Tuhan. Jika boleh diumpamakan, desolasi seperti hamparan lahan yang kering, gersang, tanpa ada tumbuh-tumbuhan yang hidup. Dalam pemaparan, situasi desolasi mengharapkan ketergerakan batin untuk bertekun dalam doa dan memeriksa lebih dalam batin masing-masing. Penting dalam situasi desolasi untuk memiliki harapan baru, harapan akan penghiburan dan jalan keluar. Satu kata kunci dalam menghadapi kesepian Rohani adalah agere contra, melawan kecenderungan-kecederungan yang semakin menjauhkan pribadi dari Tuhan dan tujuan dasar. Situasi ini menuntut untuk menjadi pribadi yang sadar akan kerapuhan dan dosa kemudian bangkit segera dari keterpurukan rohani.

Satu sesi menarik yaitu para peserta diajak untuk berlatih langsung, latihan rohani pembedaan roh dengan melihat modus operandi yang ternyata jika disadari lebih dalam bisa  menjadi cara kerja roh jahat memanipulasi keadaan. Sederhana hanya dengan selembar kertas dengan format tabel didalamnya yang membantu dalam pembedaan roh dengan memberikan bobot pada setiap pro dan kontra sehingga dari sana bisa menjadi pertimbangan objektif sebuah pilihan.

Berkelanjutan

Sebuah pertemuan mendalam dan berkelanjutan, sebelumnya para peserta telah diperdalam dengan asas dan dasar sehingga membantu proses-proses Latihan Rohani lainnya. Fondasi yang telah terbentuk nantinya menjadi dasar-dasar dalam menapaki spiritualitas Ignasian. Tentu masih perlu dan penting selalu berlatih secara kontinu sehingga makin tajam dan peka pada batin. Pertemuan bulanan tentang discernment mengajarkan cara berdiskresi secara menyeluruh dengan penuh kesadaran, melihat pro dan kontra dari tiap pilihan, menyadari Gerak-gerik roh dalam batin dan melibatkan Tuhan dalam segala hal.

Oleh: Mario Imanuel  / TMI Tingkat 1

Refleksi (Klik disini)

IMG_5679

Refleksi “Antara Ketakutan dan Keberanian: Pergulatan Membaca Gerak Roh” Oleh: Renata Veronika

Dalam perjalanan hidup, memilih adalah bagian tak terpisahkan dari keseharian. Sejak kecil, kita sudah diajarkan memilih, sekadar memilih satu chiki saat uang jajan terbatas. Tapi kini, di usia dewasa, aku merasakan bahwa pilihan-pilihan itu jauh lebih berat, dan konsekuensinya jauh lebih dalam. Ada tanggung jawab, ada dampak nyata yang kadang membentuk masa depan.

Pertemuan kali ini tentang discernment membuatku tersadar: di balik setiap pilihan, ada dinamika batin yang tidak selalu kusadari. Ada bisikan yang mendorongku mendekat pada Allah, dan ada pula bisikan yang menarikku menjauh dari-Nya.

Sejujurnya, aku malas sekali mengikuti pertemuan ini. Hari Sabtu — waktu istirahatku yang berharga — harus kuisi dengan duduk dari pagi sampai siang, mendengarkan materi, mengerjakan refleksi, dan berbagi dalam sharing kelompok. Aku ingin sekali tetap bergelung di kasur, menikmati kemalasan yang sederhana. Bahkan rasanya capek hanya membayangkannya.

Namun, karena terus-menerus diingatkan — melalui tag di grup, hingga panggilan telepon pagi-pagi — akhirnya aku ikut juga. Di sini aku mulai melihat: ada pertarungan kecil dalam batinku. Di satu sisi, godaan kenyamanan memanggilku, di sisi lain, ada ajakan untuk memberi diriku, untuk bertumbuh. Aku hampir saja dikalahkan oleh bisikan kenyamanan, tapi akhirnya aku memilih untuk hadir. Kini, aku melihat bahwa pengalaman kecil ini sudah mengajarkanku banyak hal tentang dinamika Roh Baik dan Roh Jahat.

Materi yang kami terima dari kakak-kakak Magis Jakarta membuka mataku lebih lebar. Kami belajar tentang pembedaan roh, tentang modus operandi batinku: bagaimana roh baik dan roh jahat bekerja dalam setiap keputusan-keputusanku. Ada cara-cara praktis yang diajarkan, seperti membuat tabel pro dan kontra dari setiap pilihan, memperhitungkan kemungkinan, dan tetap membawa semua itu dalam refleksi mendalam, bukan hanya hitung-hitungan pro-kontra.

Aku sangat tersentuh saat menyadari betapa canggihnya cara Roh Jahat bekerja — seringkali membungkus godaan dalam keinginan untuk “nyaman” dan “santai”. Dan betapa Roh Baik seringkali mengajak, bahkan dengan lemah lembut, untuk keluar dari zona nyaman, meski rasanya berat di awal.

Dalam sharing kelompok, banyak teman mengungkapkan betapa sulitnya mengingat pengalaman di mana Roh Baik menang. Aku pun merasakan hal yang sama. Ternyata, kepekaan membaca gerak roh dalam hidup bukanlah hal instan. Ini adalah latihan panjang, penuh kejujuran dan kesabaran.

Kemudian, aku teringat pengalaman yang jauh lebih berat, yang membuatku bergumul lebih dalam. Beberapa waktu lalu, aku mendapat tawaran sebuah tanggung jawab besar. Awalnya aku mengira hanya akan membahas tugas-tugasku yang biasa, namun ternyata, aku dipanggil untuk sesuatu yang jauh lebih besar. Saat tawaran itu datang, hatiku langsung bergolak: “Kenapa aku?” Aku merasa tidak layak, tidak mampu.

Aku berusaha menolak, tapi tawaran itu tetap datang, dengan harapan besar yang disematkan padaku. Aku tetap menolak, karena aku sungguh merasa tidak siap. Di balik penolakanku, ada rasa bersalah yang mendalam — rasa mengecewakan orang yang telah mempercayaiku. Aku tidak bisa berbohong kepada diriku sendiri: aku tidak yakin bisa mengemban tanggung jawab itu dengan baik.

Berhari-hari aku bergumul. Kepalaku terasa penuh. Aku pusing, sulit fokus, bahkan orang lain bisa melihat kecemasan itu di wajahku. Aku mendengar begitu banyak suara di sekelilingku:

“Ambil saja, kesempatan tidak datang dua kali,”

“Coba saja dulu, gagal pun tidak apa-apa,”

“Setidaknya, kau tidak akan menyesal karena tidak mencoba.”

Tapi juga ada suara lain:

“Kenali batasanmu,”

“Jangan iya-iya saja kalau memang tidak siap.”

Dalam kebingunganku, aku sadar aku tidak tahu dari mana semua suara itu datang. Aku belum bisa membedakan sepenuhnya: mana bisikan Roh Baik yang mendorongku bertumbuh dengan penuh kasih, mana bisikan Roh Jahat yang mungkin memaksaku melangkah dalam ketakutan.

Aku sempat bertanya-tanya: apakah aku menolak karena takut — sebuah jebakan Roh Jahat? Ataukah karena aku jujur mengenali keterbatasanku — sebuah gerakan Roh Baik? Aku belum tahu jawabannya. Mungkin aku menulis refleksi ini juga dalam usaha memahami diriku sendiri, dalam usaha perlahan-lahan membedakan gerak batin itu.

Satu hal yang kutemukan: rasa sesak dan stres yang membebaniku mulai reda ketika aku mulai bercerita — kepada teman, kepada mama. Aku belajar bahwa bercerita bukanlah tanda kelemahan, melainkan jalan untuk membiarkan terang Tuhan masuk ke dalam kerapuhan hatiku.

Hari ini aku belajar bahwa discernment bukan tentang mendapatkan jawaban cepat atau solusi yang nyaman. Ini adalah perjalanan panjang untuk mengenali, menyaring, dan menanggapi suara-suara batin dengan kejujuran dan kerendahan hati.

Aku belum tahu apakah pilihanku waktu itu benar atau salah. Tapi aku tahu, Tuhan tetap menyertaiku — di dalam ketakutan, di dalam pilihan yang kuambil, di dalam setiap langkah pencarian ini.

Tuhan, ajarilah aku untuk mendengarkan suara-Mu dalam segala kegaduhan batinku. Ajarilah aku untuk setia mencari-Mu, bahkan ketika aku belum menemukan jawabannya.

WhatsApp Image 2025-03-10 at 15.10.33

Rekoleksi 7 Habits: Proaktif dan Merujuk pada Tujuan Akhir – Segalanya Diciptakan Dua Kali

Memasuki tahun yang baru, mahasiswa/i tingkat I mengawali tahun dengan mengikuti kegiatan Rekoleksi 7-Habits di Xaverius Dormitory Politeknik Industri ATMI Cikarang. Dimulai dari Kebiasaan-1: Proaktif dan Kebiasaan-2: Merujuk pada Tujuan Akhir.

Kali ini rekoleksi dibuka dengan film reflektif Budi Pekerti, sebuah film yang mengisahkan seorang ibu, istri, sekaligus guru yang berjuang melawan derasnya keviralan dan hujatan media sosial atas video perkataannya yang dianggap kasar. Dinamika masalah yang terus menerus muncul hingga sangat mempengaruhi kehidupan keluarga dan pekerjaannya, kembali lagi hanya sebatas karena viralnya media sosial jaman sekarang. Film ini mengajarkan banyak hal terkait kehidupan jaman sekarang pada kita. Apakah kita hidup hanya untuk mengikuti arus keviralan media sosial ini? Atau aku memiliki makna hidup lain untuk dilakukan?

Reading Habit – Membaca Buku 7 Habits

Pada zaman modern ini, kita terlalu larut dalam dunia teknologi. Kebiasaan menulis ataupun membaca buku sudah memudar. Padahal, beberapa studi menunjukkan bahwa kita akan lebih mengingat bila menulis/membaca di buku secara fisik dibanding menggunakan gadget. Maka, mahasiswa/i membaca buku 7 Habits karya Stephen Covey bagian “Menjadi Proaktif” dan “Merujuk pada Tujuan Akhir”. Mereka pun kemudian menceritakan kalimat-kalimat yang menarik bagi dirinya, seperti Bertindak atau menjadi sasaran tindakan,” “Kita bukanlah perasaan kita. Kita bukanlah suasana hati kita.”

Menjadi Proaktif Dalam Situasi Hidup Bersama

Kebiasaan Proaktif mengajarkan kita untuk bersikap tidak reaktif, yang berarti menjadi pribadi yang lebih inisiatif, pribadi penggerak, berfokus pada solusi, dan “bukan hanya berfokus pada masalah ataupun perasaan-perasaan ke-baper-an kita”, seperti yang dikatakan oleh Rm. Kristiono Puspo SJ yang merupakan Kepala Pamong di Xaverius Dormitory.

Mahasiswa/i kemudian diajak untuk bermain Kartu Reaksi. Kartu ini dibuat khusus, berdasarkan masalah-masalah yang terjadi di dalam hidup kebersamaan di dormitory. Dibantu oleh promoter, mahasiswa/i dipecah menjadi kelompok kecil. Mereka akan dihadapkan pada sebuah situasi, dan harus bertindak/berucap sesuai dengan Kartu Reaksi yang didapatkannya. Ada yang mendapat kartu Proaktif, Reaktif, dan Go With the Flow. Reaksi-reaksi yang muncul beraneka macam. Ada yang tertawa terbahak-bahak, ada yang berapi-api dalam bereaksi, ada yang kebingungan, dan ada juga yang canggung karena mendapat situasi yang sensitif. Gambaran situasi seperti menghindari bagian piket pagi yang sulit memunculkan reaksi dari salah satu mahasiswa yang langsung mengatakan, “Lah ini mah saya!” sambil tertawa dan ditertawakan oleh teman-teman satu kelompoknya.

Segala Hal Harus Diciptakan Dua Kali

Merujuk pada tujuan akhir, merupakan judul dari kebiasaan kedua pada 7 Habits. Pada kebiasaan ini mahasiswa/i disadarkan bahwa apapun yang dilakukan, tidak bisa langsung dilakukan. Harus ada perencanaan atau disebut dengan ciptaan mental. Maka, mahasiswa/i mencoba membuat tujuan hidupnya selama 2 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun ke depan menggunakan metode SMART Goals. Namun, tidak hanya sampai pada menuliskan saja, melainkan mereka juga meneriakkan dengan lantang semua goals yang sudah dibuatnya. Satu per satu mahasiswa/i maju dengan gagah meski dengan tangan yang gemetar, memegang buku refleksinya dan berteriak ke lapangan luas di depannya dari lantai 4 Gedung Loyola. Hal ini sungguh pengalaman yang menarik bagi pendamping, kakak-kakak promoter, maupun mahasiswa/i tingkat 1 yang dengan hebat meneriakkan tujuan hidupnya yang luar biasa.

Semoga, apapun yang teman-teman Angkatan 22 cita-citakan dapat terwujud nantinya. Doa dari Tim Kepamongan dan kakak-kakak Promoter of Leaders yang terbaik untukmu dan angkatanmu!

Penulis: Felicia Sabrina Mariani (Pamong Xaverius Dormitory)

Refleksi : Mario Imanuel Purwo Adi Pakerti (Klik Disini)

WhatsApp Image 2025-03-10 at 15.10.34 (1)

Refleksi Proaktif dan Merujuk pada Tujuan Akhir – Mario Imanuel Purwo Adi Pakerti

Proaktif

Ketika mendengar istilah proaktif, yang terlintas di benak saya adalah keaktifan dalam segala hal apa pun itu misalnya di dalam kelas aktif bertanya atau ketika dihadapkan dengan situasi yang menuntut bantuan maka seseorang akan langsung aktif membantu atau bergerak. Lebih daripada itu proaktif adalah cara membawa diri dalam segala situasi dan kondisi. Rekoleksi habit 1 tentang proaktif jelas membantu dalam memahami, mendalami dan mengaplikasikan proaktif. Rangkaian rekoleksi terdiri dari berbagai kegiatan mulai dari penjelasan materi, literasi buku “Seven Habits Of Highly Effective People”, games, examen dan refleksi. Mengesan bagi saya ketika bermain game bernama kartu reaksi dan situasi. Permainan ini kami lakukan secara berkelompok dimana promotor sebagai host of the game mengeluarkan 1 kartu  situasi yang berisi sebuah kondisi atau peristiwa kontekstual. Masing-masing dari para peserta  akan mendapat 1 kartu reaksi secara acak yang terdiri dari tiga pilihan yaitu reaktif, proaktif dan go with the flow, dari situlah para peserta memberikan cara respon seperti apa tergantung pada kartu reaksi yang didapat atas situasi tertentu dari kartu situasi. Permainan ini cukup seru dan membawa keriuhan yang menggembirakan lebih daripada itu permainan ini membawa pada pemahaman yang lebih dalam tentang proaktif.

Proaktif dilandasi dengan kesadaran diri, imajinasi, suara hati dan kehendak bebas. Seluruh faktor proaktif ada di dalam diri masing-masing individu. Permainan kartu tadi cukup menggambarkan cara menanggapi situasi dan kondisi dalam hal ini reaktif dan proaktif. Segala situasi atau lingkungan hidup di sekitar terkadang memengaruhi cara bertindak dan berperilaku.Saya menyadari ada saat di mana diri sendiri tidak bisa atau tidak memiliki cukup kekuatan untuk mengambil keputusan atau memilih dengan baik, ada momen di mana pilihan dan tindakan   dipengaruhi lingkungan sekitar inilah yang disebut sebagai lingkaran kepedulian. Saya akui bahwa ada hal-hal yang memang diluar kendali saya dan terkadang saya terbawa ke dalamnya. Saya juga merasa bahwa masing-masing dari kita punya pengalaman serupa, pengalaman ini biasa disebut paradigma sosial dimana ada kecenderungan manusia diatur oleh pengkondisian /kondisi. Penting untuk meningkatkan kemampuan membawa diri dengan penuh pendirian dan kesadaran. Menjadi proaktif adalah  pendekatan dari dalam diri menuju ke luar ini yang menuntut saya untuk mampu memiliki cara menanggapi atau respon yang tepat terhadap sesuatu. Seperti halnya dalam permainan kartu tadi di mana perilaku seseorang terlihat dari cara bagaimana ia menanggapi atau merespon. Respon seorang yang proaktif  ada pada hasrat untuk bertindak bukan menjadi sasaran tindakan artinya diri kita masing-masing menjadi subjek  bukan objek. Sikap proaktif lebih ditunjukkan dengan tanggapan yang solutif, fokus pada peluang dan apa yang bisa diperbuat  dibanding dengan reaktif yang berdasar pada emosional.Sebuah pengalaman mengesan mendalami dan memaknai diri saya sendiri dengan melihat selama ini apakah sudah memiliki cara menanggapi/ respon yang tepat, maka saya diajak untuk menumbuh-kembangkan diri dimulai dari kesadaran,imajinasi serta kehendak bebas agar matang dalam menanggapi.

Tujuan akhir

Semakin dewasa kita dihadapkan dengan tujuan hidup, jika ketika kecil tujuan berbentuk cita-cita ingin menjadi seorang dokter atau polisi maka dewasa ini tujuan hidup lebih daripada cita-cita atau profesi. Rekoleksi bulan Januari juga berbicara tentang tujuan spesifiknya merujuk pada tujuan akhir sebagai habit kedua. Sulit dan butuh pengolahan lebih lanjut untuk menentukan tujuan hidup namun setidaknya habit kedua ini melalui rekoleksi memberikan kesadaran lebih bahwa masing-masing diciptakan dan ada untuk tujuan yang besar. Habit kedua lebih menjelaskan bagaimana pola hidup merujuk pada tujuan akhir. Dalam materi dijelaskan tentang sarana dan tujuan. Sarana adalah media atau cara-cara seperti apa yang semakin membawa lebih dekat kepada tujuan, sedangkan tujuan  adalah  makna terdalam sebagai seorang manusia lebih kepada keutamaan atau value.

Rekoleksi sesi habit kedua menjelaskan langkah-langkah atau metode merealisasikan tujuan dengan SMART akronim dari Specific, Measurable, Achievable, Relevant dan Time bound.

  • Specific adalah menentukan tujuan utama,mendeskripsikannya yang nantinya ini akan menjadi arah.
  • Measurable adalah keterukuran sehingga segala usaha bisa terpantau.
  • Achievable mengartikan bahwa sebuah tujuan memiliki kemungkinan besar untuk dicapai atau realistis,ini juga membantu untuk menyadari sumber daya dan kondisi masing-masing.
  • Relevanberarti tujuan sesuai dengan apa yang kita butuhkan dan menjadi dasar keterkaitan dengan tujuan.
  • Time boundatau waktu tenggat adalah yang membantu seseorang dalam mencapai tujuan dengan pembagian waktu yang tepat.

Belajar dari sini bahwa setiap tujuan punya cara dan metode untuk menggapainya disitulah letak penting sarana dengan membedakan cara apa yang membantu dan tidak membantu dalam merealisasikan tujuan. Disini saya diajak untuk melihat kembali apakah usaha, cara atau media yang saya miliki  benar-benar membantu diri saya atau hanya sebagai pengejaran validasi saja.

Pada akhirnya proaktif dan tujuan akhir berada dalam kemenangan pribadi, kedua hal yang saling mendukung satu sama lain. Ketika ingin mengusahakan yang terbaik untuk tujuan akhir maka diperlukan kemampuan untuk mengendalikan diri. Memiliki cara respon dan menanggapi dengan tepat tanpa pengaruh orang lain. Proaktif adalah sarana baik untuk tujuan akhir sebab seseorang akan menyadari dimana dan keadaan dirinya. Badai di laut tidak seberapa besar tergantung bagaimana nahkoda membawa kapalnya, seberapa besar permasalahan ditentukan dengan bagaimana kita menanggapinya.

.

IMG_3946

Mendalami Asas dan Dasar Spiritualitas St. Ignatius Loyola

Cikarang, 1 Februari 2025 – Suasana Aula Xaverius Dormitory ATMI Cikarang tampak hangat dan penuh semangat pada Sabtu, 1 Februari 2025. Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Pedro Arrupe kampus Politeknik Industri ATMI kembali mengadakan pertemuan kedua dalam rangkaian Program Formasi mereka. Kali ini, tema yang diangkat adalah “Asas & Dasar”, sebuah konsep mendasar dalam spiritualitas Ignasian yang diinspirasi dari Latihan Rohani St. Ignatius Loyola.

Pertemuan ini menghadirkan dua narasumber inspiratif: Fr. Alfred, SJ., seorang rohaniwan Yesuit yang mendalami spiritualitas Ignasian, dan Flaviana Rinta Ferdian S.Psi., M.A., seorang dosen psikologi Universitas Atmajaya Jakarta yang punya pengalaman pendampingan spiritualitas Ignatian anak-anak muda. Keduanya hadir untuk membimbing peserta memahami bagaimana menerapkan Asas & Dasar dalam kehidupan sehari-hari.

Menggali Makna Asas & Dasar melalui Aktivitas Simbolis

Fr. Alfred, SJ., memulai sesi dengan sebuah aktivitas unik. Ia meminta peserta untuk menggambar sebuah rumah dan menuliskan daftar prioritas hidup mereka. “Rumah adalah simbol tujuan kita, tempat kita ingin pulang. Sedangkan daftar prioritas membantu kita melihat apa yang benar-benar penting dalam hidup,” jelas Fr. Alfred.

Melalui aktivitas ini, Fr. Alfred memperkenalkan konsep Asas & Dasar, yang merupakan inti dari Latihan Rohani St. Ignatius Loyola. Menurutnya, manusia diciptakan untuk memuji, menghormati, dan mengabdi kepada Tuhan. Namun, hal ini tidak hanya dilakukan melalui doa dan ritual, melainkan juga melalui tindakan nyata terhadap sesama dan alam. “Kita dipanggil untuk menjadi cerminan kebaikan Tuhan dengan berbuat baik kepada sesama dan merawat ciptaan-Nya,” tambahnya.

Prinsip Lepas Bebas: Kebijaksanaan dalam Memilih Sarana

Fr. Alfred juga menjelaskan prinsip “lepas bebas”, yang menjadi salah satu pilar penting dalam Asas & Dasar. Prinsip ini mengajarkan bahwa kita harus bijaksana dalam memilih sarana untuk mencapai tujuan. “Lepas bebas bukan berarti kita mengabaikan sarana, tetapi kita memilih sarana yang baik dan tepat untuk mencapai tujuan kita,” ujarnya.

Ia memberikan contoh konkret: sebagai mahasiswa, tujuan utama adalah lulus dengan IPK yang baik. Untuk mencapainya, belajar adalah sarana yang harus diprioritaskan, sementara bermain bisa dikurangi. “Ini tentang kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Kita harus bisa memilah mana yang penting dan mana yang lebih penting,” tegas Fr. Alfred.

Asas & Dasar Real dan Faktual: Menghubungkan Pengalaman dengan Spiritualitas

Flaviana Rinta Ferdian S.Psi., M.A., melanjutkan sesi dengan menjelaskan dua aspek penting dalam Asas & Dasar, yaitu Asas & Dasar real dan faktual. Menurutnya, Asas & Dasar real berkaitan dengan pengalaman luka yang salah satu bentuknya yakni kebutuhan akan afeksi atau cenderung egosentris. “Seringkali, kita melakukan sesuatu hanya untuk memenuhi kebutuhan afeksi diri sendiri, seperti rasa kasih sayang atau pengakuan dari orang lain,” ujarnya.

Sementara itu, Asas & Dasar faktual merujuk pada prinsip “Ad Maiorem Dei Gloriam” (Demi Kemuliaan Tuhan yang Lebih Besar). “Asas & Dasar faktual mengajak kita untuk menjadi cerminan kebaikan Allah, bukan hanya untuk memuliakan-Nya, tetapi juga untuk berguna bagi sesama,” jelas Flaviana. Para peserta kemudian diminta membuat diagram sebagai bentuk pengolahan asas dan dasar mereka.

Refleksi Peserta: Belajar dari St. Ignatius Loyola

Antonius Mikael Marcellinus Noviar, salah satu peserta, mengungkapkan betapa berharganya materi ini baginya. “Saya belajar bahwa Tuhan tidak hanya ada dalam doa dan Gereja, tetapi juga dalam diri sesama, alam, dan diri sendiri. Materi ini membantu saya memahami bahwa mimpi dan tujuan hidup bisa sejalan dengan kehendak Tuhan,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa prinsip lepas bebas memberinya perspektif baru dalam mengambil keputusan. “Saya menyadari bahwa setiap pilihan harus diarahkan untuk kebaikan yang lebih besar, bukan hanya untuk kepentingan pribadi,” katanya.

Harapan ke Depan: Menjadi Cerminan Kebaikan Tuhan

Melalui pemahaman Asas & Dasar, diharapkan peserta dapat membuat pilihan terbaik dalam hidup untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Tujuan tersebut bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kemaslahatan sesama dan kemuliaan Tuhan.

Program Formasi Pedro Arrupe ini diharapkan dapat terus menjadi wadah bagi mahasiswa/i Katolik Politeknik Industri ATMI Cikarang untuk memperdalam spiritualitas Ignasian dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kata St. Ignatius Loyola, “Segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan yang lebih besar.”

Penulis : Felix Gerardo Yunanto Putro (Mahasiswa 1 TRM)

Refleksi : Fidelis Hevedeo (Klik Disini)

IMG_3936

Refleksi Asas dan Dasar – Fidelis Hevedeo

Perjalanan Menuju Tujuan Hidup

Hidup adalah perjalanan panjang yang dipenuhi oleh tujuan dan perjuangan. Hingga saat ini, tujuan hidup yang paling aku perjuangkan adalah menyejahterakan keluargaku berbekal kompetensi yang kudapatkan di bangku kuliah, terutama dengan memastikan bahwa adik-adikku mendapatkan pendidikan yang layak. Aku ingin mereka memiliki kesempatan terbaik dalam hidup, tanpa harus terbebani oleh keterbatasan finansial. Ini bukan hanya tentang materi, tetapi tentang memberikan mereka jalan menuju masa depan yang lebih baik, di mana mereka bisa berdiri di atas kaki mereka sendiri dengan ilmu dan keterampilan yang mumpuni.

Dalam perjuanganku, aku berusaha bersikap tekun, disiplin, dan bertanggung jawab. Aku bekerja keras, belajar dengan giat, serta terus mencari cara untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan, agar bisa memberikan yang terbaik bagi mereka yang kusayangi. Sebagai mahasiswa di ATMI, aku belajar banyak tentang kedisiplinan, kerja keras, dan profesionalisme. Kampus ini membentukku menjadi pribadi yang lebih tangguh, dengan pola pikir yang sistematis dan terstruktur dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Namun, dalam perjalanan ini, aku sering bertanya dalam hati: Apakah ini hanya sekadar kepuasan duniawi, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam?

Sejauh ini, aku merasa bahwa perjuangan ini memberi kepuasan batin yang mendalam. Melihat adik-adikku tumbuh dan berkembang, melihat senyum orang tua yang tidak lagi mengkhawatirkan biaya pendidikan, semua itu memberikan ketenangan yang tidak bisa diukur dengan materi. Namun, aku juga menyadari bahwa terkadang, ada godaan untuk mengukur keberhasilan hanya dari hasil yang tampak, bukan dari kebermaknaan usaha itu sendiri. Aku tidak ingin terjebak dalam kepuasan superfisial yang hanya bersandar pada angka dan pencapaian duniawi semata.

Kelekatan dan Perjuangan Melepaskannya

Dalam perjalananku, aku juga menyadari adanya kelekatan tak-teratur yang kadang menghambat kebebasanku. Mungkin itu kelekatan pada kesuksesan duniawi, pada rasa takut gagal, atau pada keinginan untuk selalu diakui. Aku sadar bahwa semua itu bisa menjadi beban jika tidak aku tempatkan dalam perspektif yang benar. Aku berusaha untuk melepaskan diri dari kelekatan ini dengan lebih menyerahkan diri kepada Tuhan, dengan menyadari bahwa segala sesuatu yang aku lakukan hanyalah bagian dari kehendak-Nya, dan hasil akhirnya adalah hak prerogatif-Nya.

Setiap hari, aku berusaha untuk lebih ikhlas, lebih tenang, dan lebih percaya bahwa segala hal yang terjadi adalah bagian dari skenario terbaik yang telah Tuhan rancang. Aku belajar untuk tidak memaksakan kehendak dan lebih banyak berserah diri, sembari tetap berusaha sebaik mungkin dalam setiap tugas dan tanggung jawab yang diamanahkan kepadaku.

Memandang Tuhan dalam Hidupku

Sosok Tuhan yang aku imani hingga saat ini adalah Tuhan yang penuh kasih, yang selalu membimbing dan tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Dalam setiap perjuangan, aku merasakan kehadiran-Nya melalui ketenangan hati, melalui jalan keluar yang tak terduga, dan melalui kekuatan yang muncul ketika aku merasa lelah. Cinta Tuhan begitu nyata dalam hidupku, dalam setiap rezeki yang datang, dalam kesempatan yang diberikan, dan dalam orang-orang yang selalu mendukungku.

Setiap detik dalam hidupku adalah kesempatan untuk merasakan cinta Tuhan. Aku melihat-Nya dalam udara yang kuhirup, dalam kesehatan yang masih diberikan, dalam orang-orang baik yang terus mengiringi langkahku. Keajaiban-keajaiban kecil yang seringkali tak kusadari, semakin menguatkan keyakinanku bahwa Tuhan selalu ada, selalu hadir, dan tak pernah meninggalkan hamba-Nya yang berusaha.

Membalas Cinta Tuhan dengan Tindakan Nyata

Sebagai balasan atas cinta-Nya, aku ingin menjalani hidup ini dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan. Aku ingin bekerja bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk memberikan manfaat bagi sesama. Aku ingin menjadikan pekerjaanku sebagai ladang ibadah, di mana setiap usaha yang aku lakukan tidak hanya bernilai duniawi, tetapi juga menjadi bekal menuju kehidupan yang lebih kekal.

Aku ingin lebih banyak berbagi, lebih banyak membantu, lebih banyak peduli kepada orang-orang di sekitarku. Hidup bukan hanya tentang mengejar kebahagiaan pribadi, tetapi juga tentang bagaimana aku bisa membawa kebaikan kepada sebanyak mungkin orang. Aku ingin hidupku bermakna, bukan hanya dalam hitungan materi, tetapi dalam cahaya keberkahan yang dirasakan oleh orang-orang di sekitarku.

Tujuan Hidup yang Lebih Besar

Sebagai manusia yang dilahirkan untuk hal-hal besar, aku ingin menjadikan hidup ini lebih dari sekadar mengejar materi. Aku ingin menjadikannya perjalanan menuju kebaikan, baik untuk keluarga, untuk lingkungan, maupun untuk dunia yang lebih luas. Sarana yang aku gunakan adalah ilmu, kerja keras, dan doa yang tulus. Aku percaya bahwa selama aku berjalan di jalan yang benar, Tuhan akan selalu menunjukkan cahaya-Nya, membimbing langkahku, dan menjadikanku bagian dari rencana besar-Nya yang penuh dengan rahmat dan keberkahan.

Aku ingin hidupku menjadi inspirasi, menjadi teladan bagi adik-adikku dan orang-orang yang mengenalku. Aku ingin menunjukkan bahwa kerja keras, kejujuran, dan kesabaran akan selalu membuahkan hasil, meskipun terkadang perjalanan terasa sulit. Aku ingin tetap teguh dalam iman, tetap berpegang pada nilai-nilai kebaikan, dan terus melangkah dengan keyakinan bahwa Tuhan selalu menyertai.

Semoga setiap langkah yang aku tempuh selalu dalam lindungan-Nya, dan semoga setiap usaha yang aku lakukan membawa kebaikan yang lebih luas. Hidup ini singkat, dan aku ingin menjalaninya dengan penuh makna, dengan penuh keberkahan, dan dengan hati yang selalu bersyukur. Amin.

WhatsApp Image 2025-02-13 at 11.40.09

KOLABORASI DAN SINERGI BERSAMA INDUSTRI POLIN ATMI – AMARILYS KARISMA GEMILANG (AKG) – NIRWANA PERSADA CIPTA (NPC)

Cikarang, 5 Februari 2025 yang lalu, Politeknik Industri ATMI, PT Amarilys Karisma Gemilang (AKG), dan PT Nirwana Persada Cipta (NPC) resmi menandatangani Memorandum Of Understanding (MOU) dalam sebuah ceremony yang digelar dengan penuh semangat kolaborasi. Acara ini menandai sebuah langkah strategis dari ketiga Institusi dalam memperkuat kerja sama di bidang produksi, training/pelatihan, serta menjalin kolaborasi dengan melibatkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Dalam kesempatan ini, perwakilan dari masing-masing institusi duduk bersama untuk diskusi mendalam terkait sinergi yang akan dibangun dalam produksi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui program training/pelatihan. Salah satu fokus utama kerja sama ini adalah produksi, training short term & long term, harapannya PT AKG juga dapat terhubung dengan SMK yang dimana bertujuan sebagai pusat pembelajaran untuk SMK-SMK sekitarnya. Produksi dari PT AKG ini dikerjakan oleh mahasiswa sebagai pembelajaran di section praktik, kemudian hasil dari order ini sebagian akan digunakan sebagai dana beasiswa untuk mahasiswa Politeknik Industri ATMI.

Romo Agus Sriyono SJ selaku Direktur Politeknik Industri ATMI, menyampaikan harapan bahwa ekosistem vokasi dapat saling berkesinambungan antara Politeknik-Industri-SMK. Hal ini juga diamini oleh Bapak Aditya selaku perwakilan dari PT AKG, bahwa harapan Polin ATMI dapat terwujud dimana jika kolaborasi ini bisa terus berjalan. Begitu juga dengan Bapak Fauzi dari PT NPC, sangat senang ketika Polin ATMI hadir dan dapat melakukan produksi menggunakan mesin dari NPC.

Sebagai bagian dari acara ini, para tamu yang hadir juga diajak untuk melakukan tur bengkel untuk melihat proses produksi. Dalam tur ini, para tamu undangan mendapat kesempatan melihat secara langsung bagaimana dinamika mahasiswa dalam melakukan proses produksi. Setelah berakhirnya kegiatan tur bengkel ini, seluruh tamu undangan berfoto bersama-sama dan menikmati hidangan sederhana yang telah disediakan.

Dengan ditandatanganinya MOU ini, optimisme dari ketiga institusi bahwa kerja sama ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi industri, pendidikan dan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja Indonesia. Harapan ke depannya semakin banyak industri yang semakin peduli dengan perkembangan pendidikan untuk anak muda. (Dina)

1733563692634

Rekoleksi Sejarah Hidup 2 : Pengalaman Dicintai

Fokus Rekoleksi

Setelah melalui rekoleksi sejarah hidup satu tentang pengalaman luka, maka di bulan desember ini  rekoleksi sejarah hidup  dua fokus pada pengalaman dicintai. Pertama-tama kami diajak menyadari kemiripan-kemiripan sifat atau karakter dengan orang tua maupun keluarga besar. Meneliti satu-persatu sifat dominan apa yang dirasa dimiliki karena faktor keturunan. Menyadari hal tersebut melahirkan kesadaran baru tentang siapa diriku dan harapannya membantu lebih untuk mengenal diri lebih dalam. Sifat positif maupun negatif sungguh-sungguh diteliti kemiripinya dengan anggota keluarga. Ini menegaskan pula bahwa Sebagian besar atau kecil diri dibentuk dari keluarga entah itu sifat, perilaku, dan kebiasaan.

Menyadari pengalaman

Semakin memperdalam, para mahasiswa/i Tingkat satu diajak untuk membuat genogram. Genogram adalah diagram yang memberikan informasi tentang hubungan keluaraga dan dinamikanya. Genogram yang dibuat adalah genogram tiga generasi yaitu dari kakek/nenek, ayah/ibu, dan anak. Dari genogram bisa terlihat hubungan dari generasi pertama sampai pada anak-anaknya. Tak hanya itu, narasumber juga mengajak untuk membuat denah rumah dan mewarnainya, warna terang untuk ruang yang membahagiakan dan warna gelap untuk ruang yang dirasa. Memetakan emosi dan perasaan berdasar pada ruang rumah.

Sesi meditasi berbaring dengan suasana relaksasi. Meditasi ini adalah meditasi terbimbing melalui panduan suara yang telah disiapkan narasumber. Kurang lebih 30 menit, mahasiswa/I tingkat satu memejamkan mata , menyadari pengalaman dicintai mulai dari  masa Kuliah sampai pada masa kandungan. Meditasi ini dilakukan berulang sebanyak tiga kali dan di akhir diberikan waktu untuk merefleksikan hasil meditasi. Kesempatan ini adalah pengendapan dari pengalaman dicintai yang sudah diingat. Pada akhir  rekoleksi, para mahasiswa/I membuat mindmap yang diisi dengan narasi dari pengalaman luka, apa yang harus lebih disadari, pengalaman dicintai, dan merumuskan siapa aku.

Pengalaman

Tujuan akhir dari rekoleksi sejarah hidup adalah membantu mengenal dan menyadari diri sendiri. Dari sekian banyak pengalaman terkadang masih tersimpan dalam memori hanya sebagia kecil dan sisanya terlupakan. Segala pengalaman  adalah proses pertumbuhan dan dinamika kehidupan. Kadang pula banyak orang melupakan pengalaman karena alasan tertentu entah itu menyakitkan atau traumatis. Penting untuk menyadari segala pengalaman dan gerak batin pada saat itu. Dari pengalamanlah seseorang dibentuk, maka menyadari pengalaman adalah proses merumuskan dan menemukan siapa aku. (Mario Imanuel)

Refleksi :Benediktus Diego De San Vitores (Klik Disini)