IMG_7428

Arrupe Insight Eps. 2 “Melampaui Titik Balik : Refleksi Daya Tahan, Transformasi, dan Jalan yang Tak Lurus”

Di tengah derasnya arus industri dan dinamisnya dunia kerja, dua alumni kolese Michael (ATMI Surakarta) – Mas Vincentius Santoso dan Mas Sonny Arianto – berbagi kisah perjalanan mereka. Bukan sekadar cerita karier yang berliku, tetapi juga tentang proses pemurnian diri, titik balik kehidupan, dan bagaimana pendidikan teknik yang solid menjadi fondasi transformasi menuju kedewasaan profesional sekaligus personal.

Perjalanan Dua Alumni

Mas Vincentius Santoso, lulusan program akselerasi ATMI Surakarta tahun 1972 yang hanya tersedia untuk 10 angkatan, memulai karier di bidang perawatan mesin dengan dasar teknikal yang kuat. Tak lama setelah lulus, beliau memperdalam ilmu di bidang ekonomi manajemen dan membuka jalan ke dunia penjualan alat-alat teknik. Tahun 2002 menjadi momentum penting ketika beliau masuk ke industri utilitas, menangani sistem boiler, turbin, dan genset pada berbagai proyek yang menuntut presisi teknik sekaligus kecakapan manajemen energi.

Sementara itu, Mas Sonny Arianto, lulusan SMK Santo Mikael dan ATMI Surakarta, menempuh jalur berbeda. Kariernya diawali di PT Kawan Lama Sejahtera sebagai sales hingga 2016, kemudian berlanjut di PT Isotema sejak 2018. Ia mengakui bahwa jalur karier tidak selalu sesuai dengan rencana awal, namun tetap penuh makna. Dari pengalaman tersebut, beliau belajar tentang pentingnya komunikasi, fleksibilitas, dan pembelajaran lintas bidang.

Pelajaran dari Titik Balik

Pengalaman jatuh bangun membentuk cara pandang mereka. Mas Vincent pernah mengalami cedera akibat gerinda tangan – sebuah momen sederhana yang mengajarkannya pentingnya keselamatan kerja. Sedangkan Mas Sonny mengingat pengalaman menitipkan benda kerja saat ujian sebagai pengingat bahwa jalan pintas tak selalu menyelamatkan.

Bagi keduanya, daya tahan bukan hanya kemampuan menyelesaikan pekerjaan, melainkan juga ketepatan waktu, integritas, dan kejujuran dalam proses. Soft skill, seperti kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi lintas karakter, menjadi kunci penting yang menentukan kesuksesan.

Daya Tahan, Bukan Sekadar Kemampuan

ATMI bukan hanya membekali keterampilan teknis. “Yang ditanamkan adalah daya tahan,” ujar Mas Vincent. Ketahanan untuk menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas, ketepatan waktu, dan kejujuran dalam proses menjadi nilai-nilai inti yang membekas. Mas Sonny menegaskan, keterlambatan bukan hanya soal waktu, tapi soal integritas terhadap komitmen.

Dalam perbincangan, keduanya menyinggung tantangan yang tidak melulu bersifat teknis. Adaptasi, komunikasi lintas karakter, dan respons terhadap perbedaan menjadi tantangan terbesar di dunia kerja. Karakter, kata mereka, memang tidak bisa diubah, tetapi reaksi bisa dilatih. Inilah esensi dari soft skill: kemampuan yang tak tampak, namun menentukan.

Mas Vincent membagikan refleksi khas: “Doa itu tidak mengubah segalanya, tetapi mengubah dirimu. Dirimu yang berubah itu akan mengubah segalanya.” Dalam pandangannya, pemimpin bukan sekadar penunjuk arah, tapi pendayung bersama. Bukan pengatur, melainkan penggerak.

Antara Jatuh, Ritme, dan Tingkatan Kesadaran

“Jatuh itu persiapan untuk yang lain,” ujar Mas Vincent, menolak istilah ‘jatuh bangun’ yang seolah melukiskan penderitaan. Baginya, hidup adalah serangkaian turning point. Ia pernah tiga kali keluar-masuk perusahaan yang sama bukan karena kegagalan, tapi karena proses leveling up. “Jangan bilang ke HRD kamu mundur. Bilang kamu memajukan diri.”

Mas Sonny menambahkan, “Kenyamanan bisa membunuh.” Ritme kerja bukan soal tetap dalam zona nyaman, tapi tentang kesadaran akan dunia yang lebih luas. Refleksi, bagi mereka, bukan hanya mengenang masa lalu. Ia adalah kebiasaan yang membawa kejelasan arah dan tindakan konkret.

Pendidikan Vokasi dan Transformasi Diri

Pertanyaan dari peserta membuka ruang refleksi mendalam tentang sosok Romo Casutt pendiri ATMI yang melihat pendidikan vokasi bukan sekadar alat mencetak teknisi, melainkan wahana membentuk manusia utuh. “Soft skill memang tidak langsung terasa, tapi sangat menentukan,” ujar Mas Vincent. “ATMI memberi pondasi paling dasar agar siap kerja, tapi kamu harus tetap bertransformasi menjadi lebih besar.”

Bagi mereka, interaksi bukan sekadar soal bicara. Ia adalah seni memahami karakter orang lain, menyelaraskan diri, dan tetap menjadi diri sendiri. “Istilah ‘sok ATMI’ itu sebetulnya brand image yang baik. Orang menaruh harapan pada kita. Jangan kecewakan itu,” kata Mas Vincent.

Menakar Sukses dan Menjadi Manusia

Sukses, dalam pandangan mereka, bukan tujuan akhir, melainkan langkah-langkah kecil yang dijalani dengan kesadaran. Bagi Mas Vincent, sukses adalah “apakah hari ini kamu melakukan apa yang kamu inginkan?” Refleksi dan kontemplasi bukan aktivitas pasif, tapi cara memilah apa yang baik dan benar, lalu memilih untuk melakukannya.

Keduanya sepakat: membangun kesadaran dalam berinteraksi adalah bagian dari tanggung jawab sebagai manusia. Dan itu tidak bisa dibangun dalam diam. Interaksi, membaca, berdialog, dan mencoba semua adalah bentuk latihan agar kita tidak pasif dalam dunia yang penuh dinamika.

Hadir untuk Tumbuh

Mas Sonny menekankan pentingnya membaca dan terus belajar melalui seminar dan forum diskusi. Mas Vincent menutup dengan nada optimis, “Hadir di acara ini adalah langkah yang baik. Gunakan waktumu untuk kegiatan yang membawa kamu pada kemajuan. Agar saat waktunya datang, kamu sudah siap.”

Mereka tak menawarkan kisah heroik. Yang mereka tawarkan adalah kedalaman kisah tentang konsistensi, keberanian melangkah, dan kemauan terus belajar. Dunia kerja bukan ladang perang, tapi tempat menempa diri. Karena pada akhirnya, seperti kata Mas Vincent, saat kamu melakukan sesuatu dengan biasa, kamu akan menjadi orang biasa. Maka hasil luar biasa, muncul dari usaha yang luar biasa.

Mario Imanuel, Tingkat 1 Mesin Industri 

"Saat kamu melakukan sesuatu dengan biasa, kamu akan menjadi orang biasa. Maka hasil luar biasa, muncul dari usaha yang luar biasa".

Tags: No tags

Comments are closed.