DSCF2224 (1)

“Lakukan Hal Kecil untuk Bumi Tersenyum”: Sebuah Refleksi dari Talk Show Hari Bumi 2025 di Atma Jaya

Jakarta, 27 April 2025 — Di Hall C Gedung Yustinus, Universitas Atma Jaya Jakarta, semangat menjaga bumi bergema kuat dalam Talk Show bertema “Lakukan Hal Kecil untuk Bumi Tersenyum”. Diselenggarakan oleh Campus Ministry Atma Jaya bersama ATMI Recycle Studio, acara ini mengundang mahasiswa dan komunitas pecinta lingkungan untuk bersama merenungkan, berdialog, dan bergerak demi bumi yang lebih baik.

Acara dibuka dengan simbolisasi sederhana namun bermakna: penyerahan bibit tanaman kepada warga yang beraktivitas di area car free day. Sebuah gestur kecil yang menjadi pengingat bahwa setiap tindakan, sekecil apapun, berarti dalam merawat bumi.

Usai doa pembuka, lantunan Indonesia Raya serta Mars Atma Jaya, Rektor Universitas Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K), memberikan sambutan reflektif. Beliau mengajak seluruh peserta untuk mengingat asal-muasal manusia -berasal dari tanah- dan mengajak semua untuk berpikir dan bertindak bagi perawatan bumi, karena manusia bukan sekadar makhluk biologis, tetapi bagian dari kosmos yang lebih luas.

Dipandu oleh moderator Dr. Phil. Lisa Esti Puji Hartanti, talk show menghadirkan tiga narasumber inspiratif: Ignatius Susiadi (Founder LabTanya dan Kota Tanpa Sampah), Romo Ch. Kristiono Puspo, SJ. (Founder ATMI Recycle Studio), dan Karlina Supelli (Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara). Mereka membawa peserta menyelami berbagai perspektif tentang relasi manusia dan bumi, dalam semangat dokumen Laudato Si’ Paus Fransiskus yang mengingatkan pentingnya budaya menghargai, termasuk dalam hal sederhana seperti tidak membuang-buang makanan.

Membongkar Paradigma Lama

Ignatius Susiadi, yang akrab disapa Mas Adi, mengawali sesi berbagi dengan pertanyaan mendasar: mungkinkah kota tanpa sampah? Sebagai arsitek, ia merasakan kegundahan mendalam akan jarak antara manusia modern dan persoalan ekologis. Menurutnya, alam tidak memproduksi sampah; manusia lah yang lewat cara produksinya, menciptakan masalah.

Dalam riset partisipatifnya, ia menemukan bahwa perubahan bukan sekadar soal edukasi, melainkan soal keberanian bertanya dan bertindak dari rumah sendiri. Bukan memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat lain, melainkan menata ulang gaya hidup sehari-hari.

Mas Adi mengajak peserta untuk tidak hanya berbicara, tetapi bertindak konkret, sekecil apapun langkah itu.

Bumi sebagai Guru Kehidupan

Romo Kris, dengan gaya interaktifnya, mengajak peserta untuk memahami konsep “sirkular edukasi” melalui produk olahan tutup botol yang dihasilkan di ATMI Recycle Studio. Mengapa tutup botol? Karena benda kecil ini, jika dikumpulkan dan diolah, mampu menjadi simbol tentang bagaimana kita bisa menciptakan nilai dari sesuatu yang kerap dianggap tak berguna.

Dalam refleksinya, Romo Kris menekankan bahwa kualitas hidup manusia berhubungan erat dengan semesta. Ia mengutip Laudato Si’, bahwa semesta adalah guru sejati untuk memahami Sang Pencipta. Dengan belajar dari sirkularitas alam, manusia pun diajak untuk membangun hidup yang lebih berkelanjutan, penuh kesadaran, dan jauh dari pola konsumsi rakus.

Bumi dan Antariksa

Ibu Karlina Supelli, dengan pendekatan filsafatnya, mengajak peserta melampaui batas-batas bumi. Ia mengingatkan bahwa peringatan Hari Bumi bukan hanya tentang bumi saja, tetapi juga tentang antariksa yang hingga kini belum memiliki hukum perlindungan. Jika kita tidak mampu merawat bumi, bagaimana kita bisa berpikir untuk menjaga ruang angkasa (banyak ‘sampah’ manusia)?

Ibu Karlina menekankan pentingnya kontemplasi melatih diri untuk mengendalikan hasrat konsumtif dan mulai berpolitik dalam kehidupan sehari-hari melalui keputusan-keputusan kecil, seperti mempertimbangkan dampak setiap barang yang kita beli.

Dialog – Kesadaran Kolektif

Dalam sesi tanya jawab, muncul pertanyaan tentang bisnis thrifting. Romo Kris menyoroti bahwa bisnis ini bukan semata-mata soal baik atau buruk, melainkan soal pengendalian diri dalam berbelanja: siapa yang diuntungkan? Siapa yang dirugikan?

Sementara itu, terkait peran pemerintah dalam membangun kesadaran, Romo Kris dan Mas Adi menegaskan pentingnya gerakan lingkungan hidup yang bersifat non-violence (tanpa kekerasan). Mas Adi juga menekankan bahwa regulasi perlu ditegakkan, mulai dari lingkungan keluarga, sebab mentalitas korup seringkali bermula dari pendidikan yang permisif terhadap pelanggaran kecil.

Dalam konteks-konsep waste and resource management, mereka mengajak untuk berpikir jangka panjang: bukan hanya soal membuang, tetapi soal memproduksi dan mengonsumsi secara lebih sadar.

Menutup dengan Afirmasi

Dalam closing statement yang menginspirasi, Romo Kris menegaskan pentingnya gerakan bersama berbasis sirkular edukasi. Hidup, katanya, harus bermakna; bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk generasi mendatang.

Mas Adi berbagi tentang tiga pintu yang harus dilalui dalam bertindak: berpikir (kontemplasi), produksi dan konsumsi yang sadar, serta berpikir ulang tentang dampaknya. Sedangkan Karlina kembali mengajak peserta untuk mengendalikan hasrat dan terus menerus berlatih kontemplasi.

Acara diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan oleh Ibu Sri Yulia Parayudhanti, S.H., LL. M., selaku Kepala Campus Ministry Universitas Atma Jaya kepada moderator dan narasumber. Kemudian acara ditutup dengan doa penutup, pameran karya mahasiswa, dan penampilan seni untuk mengikat momen refleksi dalam suasana hangat dan penuh semangat.

Refleksi: Tindakan Kecil, Dampak Besar

Talk show ini membuktikan bahwa merawat bumi tidak selalu harus lewat gerakan besar atau perubahan radikal. Justru, dalam tindakan-tindakan kecil dengan memilah sampah, menahan diri membeli barang baru, mengolah barang bekas, membangun pola pikir baru; di situlah terletak kekuatan perubahan.

“Lakukan hal kecil untuk bumi tersenyum” bukan sekadar slogan. Ini adalah seruan untuk semua manusia, lintas usia, profesi, dan latar belakang. Dari dalam rumah kita, dari dalam hati kita, perubahan itu bisa dimulai.

Karena bumi, rumah kita, tengah menunggu kita untuk bertindak.

(HM, Campus Ministry Polin ATMI)

Tags: No tags

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *